Pemahamantinggi terhadap Wawasan Nusantara dapat menghasilkan sikap Pemahaman tinggi terhadap Wawasan Nusantara dapat menghasilkan sikap Persatuan dan Kesatuan. Hal ini sesuai dengan tujuan wawasan nusantara yakni mewujudkan persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan. Pembahasan . Wawasan Nusantara atau geopolitik merupakan cara bangsa
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pendahuluan Perjuangan Pengembangan Wawasan Nusantara ini masih terus berjalan. Konsepsi atau wawasan nusantara ini antara lain telah dan akan mendukung kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia perlu dipertahankan diperjuangkan dengan gigih di dalam negeri atau di dunia Internasional. Namun demikian perlu disadari persatuan dan kesatuan yang merupakan titik sentral Wawasan Nusantara itu bukan merupakan wawasan satu-satunya isi dari wawasan masalah1. Apa itu Wawasan Nusantara?2. Apa pengertian Wawasan Nusantara menurut para ahli?3. Mengapa Wawasan Nusantara perlu ditingkatkan pemahamannya?4. Faktor apa saja yang memengaruhi memudarnya pemahaman wawasan nusantara?5. Bagaimana upaya yang harus dilakukan agar bisa terus mempertahankan wawasan nusantara?PembahasanApa itu Wawasan Nusantara?Wawasan nusantara adalah pandangan nasional bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungan tempat hidup negara bangsa Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia ini memengaruhi keberlangsungan dan keberhasilan bangsa Indonesia menuju tujuannya. Selain sebagai cara pandang, Wawasan Nusantara menjadi landasan visional bangsa lain dari wawasan nusantara secara terminologi wawasan nusantara diartikan sebagai cara pandang sebuah nation state tentang diri dan lingkungan strategik nya yang berubah menjadi dinamik dengan mempertimbangkan aspek cultural, histories, geografis, ruang hidup, idealisme, falsafah negara, konstitusi, aspirasi, identitas keberlangsungan hidup dan perkembangan kehidupannya serta kemampuannya dan daya Hasan Habib, wawasan nusantara ialah kebulatan wilayah nasional, termasuk satu kesatuan bangsa, satu tujuan dan tekad perjuangan dan satu kesatuan hukum, satu kesatuan sosial budaya, satu kesatuan ekonomi dan satu kesatuan hankam. Sedangkan menurut Was Usman, Wawasan Nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang wawasan nusantara perlu ditingkatkan pemahamannya?Perlu ditingkatkan pemahamannya yakni guna mengubah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dengan penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan yang mempengaruhi memudarnya pemahaman nusantara ialah dapat terdiri dari 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ialah penjelasannya a. Faktor internal Pertama, adanya egosintrisme yaitu sebuah pemahaman yang dibangun dari semangat lokal tanpa memperhatikan kepentingan bersama demi kepentingan bangsa dan negara. Pemahaman egosintrisme yang sering menjadi kebiasaan setiap etnis terutama bagi etnis yang menganggap sebagai etnis mayoritas terkadang hal ini menimbulkan hubungan antar etnis yang tidak berjalan harmonis, sehingga upaya dalam menciptakan wawasan kebangsaan kepada semua warga masyarakat Indonesia terganggu dengan sikap yang ditunjukkan oleh egosentrisme yang muncul pada etnis tertentu. Kedua, adanya sikap etnonasionalisme merupakan sikap yang menonjolkan etnis tertentu sebagai superioritas dalam seluruh etnis yang ada di wilayah Indonesia. Sehingga dengan sikap ini, etnis yang berada pada ibukota negara menganggap semua status kekuasaan hanya dapat dikuasai oleh orang-orang yang ada di Ibukota Negara. b. Faktor eksternal Pengaruh globalisasi, dalam era globalisasi di semua negara-negara berkembang tidak mampu lagi membendung pengaruh globalisasi karena hubungan antar negara tidak lagi menjadi hambatan dalam melakukan hubungan dengan negara-negara lainnya yang ada di belahan dunia. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk memahami eksistensi negara Indonesia sebagai negara kepulauan dengan batas-batas wilayah sebagaimana yang terdapat dalam Deklarasi Djuanda yang telah menyatukan wilayah laut Indonesia dengan tidak lagi memberi ruang pada kantong-kantong laut internasional yang berada di antara pulau-pulau Indonesia. Dengan mengenal wilayah laut setiap warga negara Indonesia akan tumbuh semangat nasionalisme untuk mencintai dan mempertahankan keutuhan wilayah negara Republik masyarakat sangat dibutuhkan dalam menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan RI dengan cara-cara melakukan aktivitas yang tidak mengancam integritas negara kesatuan RI. Pelembagaan pengenalan terhadap wawasan nusantara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat dilakukan melalui pendidikan yang terbagi atas pendidikan formal dan pendidikan non permasalahan dalam kajian ini tentang upaya peningkatan pemahaman wawasan nusantara sebagai pemahaman dalam meningkatkan semangat nasionalisme bagi warga negara Indonesia dapat ditarik beberapa hal yang dianggap sangat penting diperhatikan sbb Pertama, bahwa pengertian Wawasan Nusantara itu mencangkul hal yang luas sebagaimana dijelaskan di atas menurut terminologi dan beberapa ahli. Kedua, pentingnya mengenai pemahaman Wawasan Nusantara demi bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera kedepannya. Ketiga faktor yang memengaruhi terbagi menjadi eksternal dan internal. Dan untuk yang terakhir keempat, bahwasanya upaya yang dilakukan itu perlunya partisipasi masyarakat untuk menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan PustakaModul BMP MKDU4111/Pendidikan Kewarganegaraan Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Jadi hakikat wawasan nusantara adalah sikap yang menunjukkan kalau kita adalah masyarakat Indonesia yang memiliki peran utama untuk memajukan negeri ini. Oleh karenanya dengan berpedooman pada wawasan nusantara kita bisa melindungi keutuhan bangsa ini dengan mendukung pembangunan nasional yang sesuai dengan tujuan nasional.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran faktual mengenai kontribusi tingkat pemahaman konsepsi wawasan nusantara terhadap sikap nasionalisme dan karakter kebangsaan mahasiswa, beserta korelasinya di antara variabel-variabel penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriprif untuk menggambarkan fenomena atau realitas yag terjadi. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Negeri Medan yang sedang melaksanakan perkuliahan Kewarganegaraan sebagai salah satu Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian MKPK 2015/2016 yang berjumlah 1200 orang. Sampel diambil secara acak random sampling dan ditetapkan sebesar 10 %. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini berjumlah 120 orang mahasiswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan tes kognitif, skala sikap dan gejala kontinum. Sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis kecenderungan dan analisis korelasi yang diuji dengan menggunakan korelasi pearson berbantuan software SPSS for windows pada kolom analyze pada taraf keberartian 1%. Hasil penelitian menunjukkan 1 kecenderungan pemahaman mahasiswa terhadap konsepsi wawasan nusantara secara umum berada pada tingkat sedang yakni 40,84 %; 2 kecenderungan sikap nasionalisme mahasiswa secara umum berada pada tingkat sedang yakni 38,34 %; 3 kecenderungan karakter kebangsaan mahasiswa secara umum berada pada tingkat rendah yakni 45,83 %; 4 pemahaman mahasiswa mengenai konsepsi wawasan nusantara memiliki korelasi yang kuat dengan sikap nasionalisme, yakni dengan rhitung sebesar 0,853; dan 5 pemahaman mahasiswa mengenai konsepsi wawasan nusantara memiliki korelasi yang sedang dengan karakter kebangsaan, dengan rhitung sebesar 0,683. Data ini menjadi temuan, perlunya rancangan pembelajaran yang inovatif dalam mata kuliah Kewarganegaraan, khususnya dalam penyampaian materi wawasan nusantara melalui pembelajaran kontekstual contextual learning. Penyajian materi konsepsi wawasan nusantara dengan mengangkat kasus-kasus faktual dapat menjadi stimulus bagi mahasiswa dalam memahami konsepsi wawasan nusantara, menunjukkan sikap nasionalisme dan karakter kebangsaanya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 1 2017 24-33Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu SosialAvailable online Tingkat Pemahaman Konsepsi Wawasan Nusantaraterhadap Sikap Nasionalisme dan Karakter KebangsaanDeny Setiawan*Jurusan Pendidkan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,Universitas Negeri Medan, IndonesiaDiterima Pebruari 2017; Disetujui April 2017; Dipublikasikan Juni 2017AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran faktual mengenai kontribusi tingkat pemahaman konsepsiwawasan nusantara terhadap sikap nasionalisme dan karakter kebangsaan mahasiswa. Metode penelitian yangdigunakan adalah metode deskriprif untuk menggambarkan fenomena atau realitas yang terjadi. Populasinyaadalah mahasiswa Universitas Negeri Medan yang melaksanakan perkuliahan Kewarganegaraan sebagai salah satuMata Kuliah Pengembangan Kepribadian MKPK 2015/2016 yang berjumlah 1200 orang. Sampel diambilsecara acak random sampling dan ditetapkan sebesar 10 %. berjumlah 120 mahasiswa. Teknik pengumpulandata menggunakan tes kognitif, skala sikap dan gejala kontinum. Sedangkan teknik analisis data menggunakananalisis kecenderungan dan analisis korelasi yang diuji dengan menggunakan korelasi pearson berbantuansoftware SPSS for windows pada kolom analyze pada taraf keberartian 1%. Hasil penelitian menunjukkan 1kecenderungan pemahaman mahasiswa terhadap konsepsi wawasan nusantara secara umum berada pada tingkatsedang yakni 40,84 %; 2 kecenderungan sikap nasionalisme mahasiswa secara umum berada pada tingkatsedang yakni 38,34 %; 3 kecenderungan karakter kebangsaan mahasiswa secara umum berada pada tingkatrendah yakni 45,83 %; 4 pemahaman mahasiswa mengenai konsepsi wawasan nusantara memiliki korelasi yangkuat dengan sikap nasionalisme, yakni dengan rhitung sebesar 0,853; dan 5 pemahaman mahasiswa mengenaikonsepsi wawasan nusantara memiliki korelasi yang sedang dengan karakter kebangsaan, dengan rhitung sebesar0, Kunci Wawasan Nusantara, Nasionalisme, Karakter study aimed to obtain factual understanding of the contribution rate of conception archipelago insight on theattitudes of nationalism and national character of students, as well as the correlation between the variables of thestudy. The method used is a method deskriprif to describe phenomena or realities which occurred. Population isMedan State University students who are conducting lectures Citizenship as one of the Personality DevelopmentCourse MKPK FY 2015/2016 which amounted to 1,200 people. Samples were taken at random random samplingand is set at 10%. Thus the sample is numbered 120 students. Data collection techniques in research using cognitivetests, scale and symptoms attitude continuum. Data analysis technique using trend analysis and correlation analysiswere tested using Pearson correlation aided software SPSS for windows in column analyze the significance levelof 1%. The results showed 1 the tendency of students' understanding of the general conception of insightarchipelago is at a medium level ie 2 the tendency of nationalism students in general are at a moderatelevel ie 3 the tendency of students in general national character is at a low level which is 4 thestudent's understanding of the conception of insight archipelago has a strong correlation with the attitude ofnationalism, namely the count r of and 5 the student's understanding of the conception of insight archipelago Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 1 2017 24-3325has a moderate correlation with the national character, the count r of Insight Archipelago, Nationalism, National to Cite Setiawan, D. 2017, Kontribusi Tingkat Pemahaman Konsepsi WawasanNusantaraterhadap Sikap Nasionalisme dan Karakter Kebangsaan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 91 20-27.*Corresponding authorE-mail denysetiawan1978 2085-482Xe-ISSN 2407-7429 Deny Setiawan, Kontribusi Tingkat Pemahaman Konsepsi Wawasan Nusantara terhadap Sikap Nasionalisme26PENDAHULUANDi era global yang sarat denganperubahan, bangsa Indonesia menghadapiberbagai persoalan dan tantangan baiksecara internal maupun eksternal. Di dalamnegeri, pilar-pilar kehidupan berbangsasemakin rapuh sekaitan dengan makinrendahnya komitmen general agreementterhadap nilai-nilai dasar kehidupan corevalues yang telah lama dijadikan sebagaipedoman. Rendahnya komitmen tersebut,ditunjukkan dengan makin lemahnyakewibawaan hukum akibat rendahnyamoralitas penegak hukum, maraknyakorupsi di kalangan pejabat, meningkatnyakemiskinan, meningkatnya potensidisintegrasi oleh menguatnyaprimodialisme etnis dan keagamaan,distorsi nasionalisme, hingga degradasimoral dan karakter di kalangan anakbangsa Abdulgani, 1995 yang semakinmengancam keutuhan Negara KesatuanRepublik dan tantangan dari luar puntak kalah hebat, terutama tantanganglobalisme berupa semakin meluasnyasistem demokrasi liberal pada berbagaibidang kehidupan baik di bidang ekonomi,politik, sosial-budaya, dan pertahanan-keamanan, yang tak pelak membawa krisismulti-dimensional. Keseluruhan ancamandan tantangan tersebut, telah menimbulkanketegangan dan tarik ulur kekuatan antaranilai-nilai kearifan lokal local wisdomversus nilai-nilai global di atas, menjadi dasarpemikiran dari para akademisi mengajakrevitalisasi nation and character buildingmelalui medium pendidikan sebagai upayapembinaan dan pengembangan nilai-nilainasionalisme dan karakter kebangsaanSuyatno, 2009 Puskur, 2010. Khususpada lingkup pendidikan tinggi, telahditetapkan UU RI No. 12 Tahun 2012tentang Pendidikan Tinggi yang secaraeksplisit menyebutkan bahwa kurikulumnasional setiap perguruan tinggi wajibmemuat mata kuliah Pancasila,Kewarganegaran, Agama dan BahasaIndonesia. Tanpa bermaksud mengabaikanurgensi tiga mata kuliah wajib lainnya,Pendidikan Kewarganegaraan menjadisangat urgen di tengah situasi kehidupanbangsa dan negara Indonesia saat memenuhi tuntutan perkembanganjaman, perlu dikembangkan substansikajian yang memungkinkan pelaksanaanperkuliahan Pendidikan Kewarganegaraandi perguruan tinggi berjalan efektif danberfungsi sebagai medium pembinaanmahasiswa sebagai generasi penerusbangsa yang peduli dengan keutuhan daneksistensi kelangsungan hidup bangsa dannegara Indonesia. Untuk merealisasikantujuan ini, Kementerian Pendidikan danKebudayaan Direktorat JenderalPendidikan Tinggi 2013, dalam substansimateri Pendidikan Kewarganegaraan tetapmenghadirkan materi Wawasan Nusantarasebagai salah topik yang diharapkan dapatmemperkuat kesadaran mahasiswa akanpentingnya persatuan Indonesia dankeutuhan dari kronologis istilahnya,sebenarnya telah sejak lama pemikir-pemikir bangsa Indonesia mengembangkansuatu konsep yang kini dikenal dengannama Wawasan Nusantara. Penggunaanistilah ini baru muncul dalam seminarPertahanan Keamanan pada tahun Wawasan Nusantara yangdilahirkan dalam seminar itu belummerupakan suatu konsepsi sebagaimanayang dikenal sekarang, melainkan barumerupakan suatu wawasan bagipengembangan kekuatan pertahanankeamanan. Atas dasar perkembangan dariurgensi wawasan tersebut, kini konsepsi Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 1 2017 24-3327Wawasan Nusantara telah ditetapkansebagai geopolitik Indonesia dengancirinya yang khas sebagai archipelago 1994, mengartikan WawasanNusantara sebagai cara pandang bangsaIndonesia tentang diri dan lingkungannyaberdasaran ide nasionalnya yang dilandasiPancasila dan UUD Negara RepublikIndonesia 1945, yang merupakan aspirasibangsa Indonesia yang merdeka, berdaulatdan bermartabat, serta menjiwai tata hidupdan tindak kebijaksanaannya dalammencapai tujuan perjuangan di atas, sekaligusmenggambarkan bahwa WawasanNusantara bukan hanya konsepsi yangmenekankan pada pengembangankekuatan pertahanan keamanan, melainkansebagai petunjuk operasional tertinggidalam penyelenggaraan pemerintahannegara dan kehidupan bangsa sertasekaligus merupakan faktor integrasidalam penyelenggaraan fungsi-fungsipolitik, ekonomi, sosial budaya, danpertahanan keamanan, sehingga daya dandana di keempat bidang fungsi itu dapatdipacu secara serentak dan didayagunakansecara terpadu dalam memberikan hasilyang maksimal bagi pembangunannasional. Hal ini sebagaimana dijelaskanoleh Wahyono 1982 22 bahwa konsepsigeopolitik khas Indonesia yang kemudiandirumuskan menjadi doktrin dasar yangdiberi nama Wawasan Nusantara adalahuntuk mewujudkan Negara KesatuanRepublik Indonesia sebagai suatu negarakepulauan yang dalam kesemestaannyamerupakan satu kesatuan politik, ekonomi,sosial budaya dan pertahanan keamananuntuk mencapai tujuan nasional segenappotensi darat, laut dan angkasa Nusantara sebagaikonsepsi geopolitik, menekankankesadaran bagi warga negara akanpentingnya wilayah sebagai ruang hidupliving space, sekaligus menumbuhkansikap nasionalisme bangsa Indonesia. Sikapnasionalisme ini mendorong masyarakatuntuk mendahulukan kepentingan bangsadiatas kepentingan pribadi dan golongan,serta mendorong bangsa Indonesia untukmenunjukan harkat dan martabatnyadiantara bangsa-bangsa lain di 199593 menjelaskan bahwasemangat nasionalisme ini sangatdiperlukan untuk tetap menjaga integritasdan identitas bangsa Indonesia, semangatnasionalisme yang mendorong bangsaIndonesia untuk siap bersaing denganbangsa-bangsa itu, Wawasan Nusantarasebagai konsepsi juga dirumuskan sebagaisalah satu usaha dalam rangkamenumbuhkan dan membentuk karakterkebangsaan generasi muda. Setiawan danSetiawan 20141, memaknai karaktersebagai cara berpikir dan berprilaku yangkhas tiap individu untuk hidup danbekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,masyarakat, bangsa dan negara. Individuyang berkarakter baik adalah individu yangdapat membuat keputusan dan siapmempertanggung jawabkan setiap akibatdari paparan di atas, dapat diambilmakna bahwa konsepsi WawasanNusantara sangat penting untuk terusdisosialisasikan dan diinternalisasikan dikalangan masyarakat luas, terutama bagimahasiswa sebagai generasi penerusbangsa yang menentukan kejayaan dankeunggulan bangsa Indonesia. Melaluipemahaman konsepsi Wawasan Nusantara,sikap nasionalisme dikalangan mahasiswaditumbuhkankembangkan dalam menjagaintegritas dan keutuhan bangsa serta dalam Deny Setiawan, Kontribusi Tingkat Pemahaman Konsepsi Wawasan Nusantara terhadap Sikap Nasionalisme28membentuk karakter kebangsaanSuseno,1995.Melalui pendidikan formal,mahasiswa telah mengenal Indonesiadengan konsepsi Wawasan yang terpenting dalam hal iniadalah bagaimana nilai-nilai nasionalismedan semangat kebangsaan yang terkandungdalam konsepsi tersebut dapatmenginternalisasi ke dalam jiwa. Nilai yangada pada jiwa sebagai sesuatu yangberharga menjadi landasan dalammenentukan perbuatan baik-buruk benar-salah atau yang biasa disebut dengan moralKirschenbaum,1995. Terlebih pada eramodernisasi dan globalisasi dewasa teknologi dan komunikasi massa,selain memberikan dampak positif jugatelah membawa dampak negatif yang tidaksedikit, seperti konsumerisme,individualisme, hedonisme danwesternisasi yang dapat merusak moralkarakter kebangsaan sekaligus mengikissemangat nasionalisme di PENELITIANMetode penelitian yang digunakandalam penelitian ini adalah metodedeskriprif untuk menggambarkan secarafaktual suatu fenomena atau realitas yangterjadi Noor, 2010. Populasi dalampenelitian ini adalah mahasiswaUniversitas Negeri Medan yang sedangmelaksanakan perkuliahanKewarganegaraan sebagai salah satu MataKuliah Pengembangan Kepribadian MKPK 2015/2016 yang berjumlah 1200 orangUPT MKU UNIMED 2015. Sampel diambildengan random sampling Arikunto, 2002dan ditetapkan sebesar 10 %. Dengandemikian sampel dalam penelitian iniberjumlah 120 orang mahasiswa. Teknikpengumpulan menggunakan tes kognitif,skala sikap Edward, 1957 dan gejalakontinum. Sedangkan teknik analisis datamenggunakan analisis kecenderungan dananalisis korelasi yang diuji denganmenggunakan korelasi pearson berbantuansoftware SPSS for windows pada kolomanalyze pada taraf keberartian 1%Nurosis, 1986.HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan hasil olah data berkaitandengan pemahaman mahasiswa dalammenguasai konsepsi wawasan nusantara,menunjukkan bahwa kecenderunganpemahaman mahasiswa secara umumberada pada tingkat sedang yakni 40,84 %,disusul kemudian tingkat rendah 31,67 %dan tingkat tinggi hanya 27,49 %.Tabel 1. Kecenderungan PemahamanKonsepsi Wawasan NusantaraSedangkan hasil olah data berkaitandengan kriteria kecenderungan sikapnasionalisme mahasiswa, menunjukkanbahwa kecenderungan sikap nasionalismemahasiswa secara umum berada padatingkat sedang yakni 38,34 %, disusulkemudian tingkat tinggi 31,66 % dantingkat rendah 30,00 %.Tabel 2. Kecenderungan SikapNasionalisme Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 1 2017 24-3329Berbeda dengan dua kriteriakecenderungan sebelumnya yang beradapada tingkat sedang, maka kriteriakecenderungan karakter kebangsaanmahasiswa secara umum berada padatingkat rendah yakni 45,83 %, disusultingkat tinggi 27,50 % dan tingkat sedang26,67 %.Tabel 3. Kecenderungan KarakterKebangsaanDalam penelitian ini, selain dilakukananalisis kecenderungan juga dilakukananalisis korelasi untuk melihat bagaimanahubungan pemahaman konsepsi wawasannusantara dengan sikap hasil uji korelasi pearsondengan menggunakan SPSS, muncul hasilpenelitian sebagai berikut**. Correlation is significant at the 2-tailed.Dari hasil perhitungan di atas,diperoleh data bahwa rhitung = 0,853. Hal inimenunjukkan bahwa pemahamanmahasiswa mengenai konsepsi wawasannusantara memiliki korelasi yang kuatdengan sikap nasionalisme. Dengandemikian hipotesis yang berbunyi terdapatkorelasi antara tingkat pemahamankonsepsi wawasan nusantara dengan sikapnasionalisme mahasiswa, dapat korelasi yang keduadilakukan untuk melihat bagaimanahubungan pemahaman konsepsi wawasannusantara dengan karakter hasil uji korelasi pearsonmenggunakan SPSS, muncul hasilpenelitian sebagai berikut**. Correlation is significant at the 2-tailed.Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh data bahwa rhitung = 0, ini menunjukkan bahwa pemahamanmahasiswa mengenai konsepsi wawasannusantara memiliki korelasi yang sedangdengan karakter kebangsaan. Dengandemikian hipotesis yang berbunyi terdapatkorelasi antara tingkat pemahamankonsepsi wawasan nusantara dengankarakter kebangsaan mahasiswa, dapatditerima. Deny Setiawan, Kontribusi Tingkat Pemahaman Konsepsi Wawasan Nusantara terhadap Sikap Nasionalisme30Hasil dalam penelitian ini,menunjukkan bahwa tingkat pemahamanmahasiswa mengenai konsepsi wawasannusantara memiliki korelasi yang kuatdengan sikap nasionalisme. Dalam hal iniMar’at 1984 19, menjelaskan ā€œsikapdipandang sebagai perangkat reaksi-reaksiafektif terhadap obyek tertentuberdasarkan hasil penalaran, pemahamandan penghayatan individu’. Ini berarti,pemahaman dapat mempengaruhi sikapseseorang terhadap obyek tertentu,sehingga apabila seseorang memahamidengan benar suatu obyek, maka sikapnyacenderung positif terhadap suatu halnya dengan pemahamanmahasiswa mengenai konsepsi wawasannusantara sebagai konsepsi politik yangdijadikan sebagai wawasan dalampenyelenggaraan pembangunan nasionalyang bersumber pada Pancasila dan UUDNRI Tahun 1945. Pemahaman mahasiswaterhadap konsepsi tersebut secara benar,maka sikapnya cenderung positif ke arahsikap nasionalisme. Bahkan jika tilik isikandungan konsepsi wawasan nusantara,sebenarnya juga menuntut pemahamandari mahasiswa untuk memahamikonsepsi tersebut sebagai cara pandangdan sikap bangsa Indonesia mengenai diridan lingkungannya dengan mengutamakanpersatuan dan kesatuan bangsa sertakesatuan wilayah dalam penyelenggaraankehidupan bermasyarakat, berbangsa danbernegara yang mencakup 1 perwujudankepulauan nusantara sebagai satu-kesatuanpolitik; 2 perwujudan kepulauannusantara sebagai satu-kesatuan ekonomi;3 perwujudan kepulauan nusantarasebagai satu-kesatuan sosial-budaya; dan4 perwujudan kepulauan nusantarasebagai satu-kesatuan pertahanan-keamanan Lamhanas, 1994. Substansimateri konsepsi ini, menuntut mahasiswauntuk dapat memahami konsepsi wawasannusantara tidak saja secara verbalistiksemata, tetapi menuntut mahasiswa untukdapat berfikir secara nalar berfikir tingkattinggi.Data ini menjadi satu temuan,perlunya rancangan pembelajaran yangefektif dalam pembelajaran PendidikanKewarganegaraan, khususnya dalampenyampaian materi wawasan apapun penguasaan dosenterhadap materi wawasan nusantara,namun jika terjebak dalam pembelajaranyang verbalistik, tidak akan memberikankontribusi yang berarti kepada mahasiswadalam memahami konsepsi wawasannusantara sebagai konsepsi politik dalampelaksanaan karena itu, pembelajarankontekstual contextual learning dapatmenjadi salah satu alternatif melaluimodel-model pembelajaran yang materi konsepsi wawasannusantara dengan mengangkat kasus-kasusfaktual dapat menjadi stimulus bagimahasiswa dalam memahami konsepsiWawasan Nusantara dan merangsangmahasiswa untuk menunjukkan perilakusikap nasionalismenya. Hasil penelitian inididukung oleh temuan Supranoto 2016yang menunjukkan pembelajarankontekstual lebih baik dari pembelajarankonvensional, karena memberikankontribusi terhadap peningkatankemampuan peserta didik dalammemahami materi. Begitupun dengantemuan Brist 2012, yang menunjukkanpembelajaran kontekstual memberikankontribusi terhadap pembentukan sikapdan kepercayaan diri serta peningkatanprestasi diri peserta didik. Ditambahkanoleh Sylker dan Kiyoshi 2014,pembelajaran kontekstual jugamemberikan kontribusi terhadap Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 1 2017 24-3331pengembangan pengetahuan danpengalaman belajar peserta hasil olah data berikutnya,menunjukkan bahwa pemahamanmahasiswa mengenai konsepsi wawasannusantara memiliki korelasi yang sedangdengan karakter kebangsaan. Dalam hal iniLickona 1991, menjelaskan bahwapembelajaran karakter pada hakekatnyaadalah pembelajaran moral. Artinya, bahwapenyajian materi konsepsi wawasannusantara hendaknya tidak saja menyentuhranah moral knowing yang akan mengisiranah kognitif, tetapi juga dapatmenyentuh kesadaran moral moralawareness dan moral feeling sebagaipenguatan aspek afektif peserta didikuntuk menjadi manusia ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan olehpeserta didik, yaitu kesadaran akan jati diriconscience, percaya diri self esteem,kepekaan terhadap derita orang lainemphaty, cinta kebenaran loving thegood, pengendalian diri self control,kerendahan hati humility. Moral actionmerupakan perbuatan atau tindakan moralyang merupakan hasil outcome dari duakomponen karakter lainnya. Untukmemahami apa yang mendorong seseorangdalam perbuatan yang baik act morallymaka harus dilihat tiga aspek lain darikarakter yaitu kompetensi competence,keinginan will, dan kebiasaan habit.Pandangan Thomas Lickona di atas,pada hakekatnya sama, bahwa pendidikankarakter sebagai pendidikan moral dalampenerapannya harus menyentuh pada tigadimensi secara utuh, yakni kognitif, afektifdan psikomotorik. Dijelaskan oleh Buchori2007, bahwa pengembangan karakterseharusnya membawa anak ke pengenalannilai secara kognitif, penghayatan nilaisecara afektif, akhirnya ke pengamalannilai secara nyata. Untuk sampai ke praksis,ada satu peristiwa batin yang amat pentingyang harus terjadi dalam diri anak, yaitumunculnya keinginan yang sangat kuattekad untuk mengamalkan ini disebut conatio, dan langkahuntuk membimbing anak membulatkantekad ini disebut langkah karakter mestinya mengikutilangkah-langkah yang sistematis, dimulaidari pengenalan nilai secara kognitif,langkah memahami dan menghayati nilaisecara afektif, dan langkah pembentukantekad secara demikian pendidikanmembangun karakter secara implisitmengandung arti membangun sifat ataupola perilaku yang didasari atau berkaitandengan dimensi moral yang positif atauyang baik, bukan yang negatif atau yangburuk. Karakter atau watak adalah ekspresidari keseluruhan nilai-nilai yang seseorang merupakan ekspresidari suatu moralitas Kirschenbaum, 1995.Pembentukan karakter bukanlah hal yangmudah. Karakter dibangun dari berbagaiaspek yang mendukungnya dan melaluiproses yang berkelanjutan serta komitmenyang kuat. Dengan demikian, pembentukankarakter perlu waktu panjang, dari masakanak-kanak sampai usia dewasa ketikaseseorang mampu mengambil keputusanmengenai dirinya penelitian ini juga menunjukanperlunya penerapan strategi inovatif dalampembelajaran PendidikanKewarganegaraan, khususnya dalampenyajian materi wawasan nusantarasecara faktual melalui pembelajarankontekstual yang dapat memberikankontribusi terhadap pembentukan sikapnasionalisme dan karakter kebangsaan bagimahasiswa sebagai generasi penerusbangsa. Deny Setiawan, Kontribusi Tingkat Pemahaman Konsepsi Wawasan Nusantara terhadap Sikap Nasionalisme32KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian, dapatdiambil beberapa kesimpulan akecenderungan pemahaman mahasiswaterhadap konsepsi wawasan nusantarasecara umum berada pada tingkat sedangyakni 40,84 %, disusul kemudian dengantingkat pemahaman yang rendah 31,67 %dan tingkat tinggi hanya 27,49 %; bkecenderungan sikap nasionalismemahasiswa secara umum berada padatingkat sedang yakni 38,34 %, disusulkemudian dengan sikap nasionalisme yangberada pada tingkat tinggi 31,66 % dantingkat rendah 30,00 %; c kecenderungankarakter kebangsaan mahasiswa secaraumum berada pada tingkat rendah yakni45,83 %, disusul kemudian dengankarakter kebangsaan yang berada padatingkat tinggi 27,50 % dan tingkat sedang26,67 %; d pemahaman mahasiswamengenai konsepsi wawasan nusantaramemiliki korelasi yang kuat dengan sikapnasionalisme dengan rhitung sebesar 0, ini menunjukkan, hipotesis yangberbunyi terdapat korelasi antarapemahaman konsepsi wawasan nusantaradengan sikap nasionalisme mahasiswa,dapat diterima; e pemahamanmahasiswa mengenai konsepsi wawasannusantara memiliki korelasi yang sedangdengan karakter kebangsaan dengan rhitungsebesar 0,683. Hal ini menunjukkan,hipotesis yang berbunyi terdapat korelasiantara pemahaman konsepsi wawasannusantara dengan karakter kebangsaanmahasiswa, dapat diterima. Data inimenjadi temuan, perlunya rancanganpembelajaran yang inovatif dalam matakuliah Kewarganegaraan, khususnya dalampenyampaian materi wawasan nusantaramelalui pembelajaran kontekstualcontextual learning. Penyajian materikonsepsi wawasan nusantara denganmengangkat kasus-kasus faktual dapatmenjadi stimulus bagi mahasiswa dalammemahami konsepsi wawasan nusantara,penginternalisasian nilai-nilai nasionalismedan karakter PUSTAKAAbdulgani, R. 1995. Pemantapan JiwaNasionalisme Menghadapi EraGlobalisasi dan Abad ke XXI, termuatdalam Siswono Yudohusodo, dkk.,Nasionalisme dalam Era Yayasan Widya S. 2002. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. Jakarta 2012. The Effect of A ContextualApproach to Chemistry Instruction onStudents’ Attitudes, Confidence, andAchievement in Science. MontanaMontana State M. 2007. Character Building danPendidikan Kita. 1957. Technique of Attitude ScaleConstruction. New York Apleton-Century-Crofts Pendidikan dan KebudayaanDirektorat Jenderal Pendidikan Substansi Materi PendidikanKewarganegaraan. Jakarta KementerianP dan K Dirjen H. 1995. 100 Ways to EnhanceValues and Morality in Schools and YouthSettings. Massachusetts Allys & M. 1978. Hukum LautInternasional. Jakarta Badan PembinaanHukum Nasional 1994. Kewiraan untuk Dirjen Dikti Depdikbud dan Pustaka T. 1991. Educating for Character. NewYork Bantam 1984. Sikap Manusia Perubahan SertaPengukuranya. Jakarta Ghalia Indonesia. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 1 2017 24-3333Noor, J. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta 1986. SPSS/PC+ FORIMBPC/XT/AT/. Chicago. 2010. Pendidikan Budaya dan KarakterBangsa. Jakarta D. dan Fandi F. 2014. PendidikanKarakter Dalam PerspektifKewarganegaraan. Medan H. 2016. Pengaruh ContextualTeaching and Learning Teknik PraktekJual Beli Terhadap KemampuanMahasiswa Memahami Akuntansi ProdiPendidikan Ekonomi UM Metro. JurnalPromosi Jurnal Pendidikan Ekonomi UMMetro. Vol. 4. No. 2 Hlm. 1995. Persatuan Indonesia,Pancasila, Paham Kebangsaan, danIntegrasi Nasional termuat dalam AlexDinuth Penyunting, MenanggapiTantangan Masa Depan. Jakarta PustakaSinar 2009. Urgensi Pendidikan T. dan Kiyoshi, T. 2014. ContextualTeaching and Learning Using A CardGame Interface. International Journal ofAsia Digital Art and Design. Vol. 18. Vol. MKU UNIMED. 2015. Mata KuliahPengembangan Kepribadian. Medan UPTMKU dkk. 1982. Wawasan Surya S. 1995. Peningkatan SemangatKebangsaan dan Pelestarian BhinekaTunggal Ika termuat dalam SiswonoYudohusodo, dkk., NasionalismeIndonesia dalam Era Yayasan Widya Patria. ... Menurut Affan, 2016;Fibrianto & Bakhri, 2017;Setiawan, 2017; sikap nasionalisme adalah rasa Bangga yaitu bangga sebagai bangsa Indonesia, mencintai produk dalam negeri bangga pada budaya yang beraneka ragam, menghargai jasa para pahlawan dan mengutamanak kepentingan umum. anak bangsa. ...... Penanaman nilai-nilai nasionalis melalui Pembelajaran budaya lokal sasak dapat dilakukan dengan mengadaptasi dan menambahkanya dalam kurikulum pembelajaran di sekolah dasar, dengan harapan dapat membentuk karakter anak bangsa yang cinta terhadap budaya lokal dan cinta terhadap budaya bangsa dan pada akhirnya akan menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme Kumbara & Anom, 2008;Ramdhani et al., 2019;Zubair, Ismail, & Alqadri, 2019. Aswasulasikin, Ibrahim, & Hadi, 2020;Faiziyah, 2017;Pawitro, 2011;Setiawan, 2017;Zaenal, 2020 Dari hasil penelitian diketemukan beberapa permasalahan dalam penumbuhan nilai karakter nasionalis, baik dari sisi sarana dan prasarana, pemahaman guru maupun dari sisi proses pembelajaran serta sumber daya belajarnya. Tidak hanya itu, guru juga merasa kesulitan dalam mendapatkan referensi yang berhubungan dengan materi atau sumber belajar mengenai budaya lokal sasak. ... Aswasulasikin AswasulasikinSri PujianiYul Alfian HadiPenelitian bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Nasionalis melalui Pembelajaran berbagai budaya lokal suku sasak yang ada di wilayah Lombok Nusa Tenggara Barat. Beberapa survey dari hasil penelitian menunjukan bahwa rasa nasionalisme generasi bangsa Indonesia sudah menurun diakibatkan oleh perkembangan teknologi dan digilasasi yang membabibuta menguasai generasi bangsa tanpa terkendali. Disisi lain ancaman masuknya budaya-budaya dari barat yang berpotensi yang dipertontonkan oleh wisatawan mancanegara dan pengaruh tontonan yang tidak bisa dikendalikan akan mengerus rasa nasionalisme generasi bangsa Indonesia. Sekolah Dasar sebagai Garda terdepan dalam mengantisipasi lunturnya jiwa nasionalisme generasi bangsa perlu berjuang keras dalam menanamkan rasa Nasionalisme generasi bangsa melalui pembelajaran yang akan memperkuat nilai-nilai nasionalisme, salah satu diantaranya adalah dengan terus memperkenalkan budaya lokal agar tidak kalah dengan masuknya budaya-budaya barat yang sangat berpotensi merusak rasa nasionalisme... Sementara itu menurut Efendy dan Irmwaddah pendidikan karakter menjadi proses terbentuknya nilai budaya dan karakter kebangsaan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti menjadi siswa atau masyarakat yang kreatif, produktif, religius, dan nasionalis Efendy & Irmwaddah, 2018. Lebih jauh Deny menegaskan menumbuhkan sikap nasionalis tentunya berdampak pada sikap mengutamakan kepentingan bangsa atau bersama diatas kepentingan pribadi atau sebagian kecil, memajukan harkat dan martabat bangsa Indonesia, menjaga integritas dan identitas bangsa, meningkatkan semangat nasionalisme, dan menumbuhkan atau membentuk karakter kebangsaan generasi muda Setiawan, 2017. ...Zihniatul UlyaRibahan RibahanLubna LubnaThe rapid technological advance does not rule out the possibility of eliminating the national character values in the young generation because trends, cultures and information spread very quickly, both from within and outside the country. To keep the young generation from being carried away by the negative impacts of technological advance, so the education is expected to be able to build the students’ national character through relevant learning, namely Islamic Religious Education PAI learning. The objectives of this research were to determine the stages, strategies, and challenges of national character building in Islamic Religious Education PAI learning at Public Junior High School SMPN 18 Mataram. The research type used was descriptive qualitative. Data collection techniques used observation, interviews, and documentation techniques. Data analysis used the data condensation, data display, and drawing conclusion or verification. The results of the research showed that 1 the stages carried out in national character building through Islamic Religious Education PAI learning at Public Junior High School SMPN 18 Mataram were inculcation, nurturing, developing, and stabilizing. Furthermore, 2 the strategies carried out were explanations, learning activities in the classroom, cultural development at school and learning activity centers, and extracurricular activities. 3 Meanwhile the challenges faced were the lack of facilities from school, association, social media, family environment, and community environment.... Aktivitas itu ditujukan semata-mata agar siswa mempunyai karakter ideal yang berdampak pada lingkungan masyarakat, bangsa dan Negara, sebab terjadinya degradasi moral disebabkan kurangnya tanggungjawab, jiwa nasionalisme generasi bangsa saat ini Virdianti, 2014. Sikap nasionalisme menjadi pemicu masyarakat dalam mendahului kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan golongannya Setiawan, 2017. Sikap nasionalis merupakan salah satu bentuk pengejawentahan dari bentuk keimanan seseorang, yang baik yang beragama Hindu Budha, Kristen, Konghucu dan juga Islam. ...HendriIchwani Siti Utami Lili NurlailiWarga Negara Indonesia menjunjung tinggi adab atau akhlak menjadi suatu keniscayaan bagi seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah memperhatikan hal tersebut, karena berperan untuk membuat warga memiliki karakter. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis optimalisasi peran sekolah bagi penguatan pendidikan karakter. Sasaran penelitian yaitu peserta didik di SMPN 02 Ciseeng, desa Kuripan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif yang dimulai dari pengumpulan data, reduksi, penyajian, dan kesimpulan. Temuan penelitian menujukkan bahwa pertama, keteladan guru dan seluruh stakeholder sekolah mampu memberikan dampak positif pada karakter siswa. Kedua, lingkungan dan budaya sekolah yang baik berpotensi pada perkembangan karakter siswa. Ketiga, seluruh aktivitas sekolah yang dibuat melalui musyawarah mufakat yang bertujuan mendisiplikan karakter siswa yang ada. Jadi, penguatan pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan dari budaya sekolah sebagai lembaga pendidikan yang menciptakan dan menekankan pada tingkat intelektual dan emosional siswa.... The collaborative model of strengthening character education in schools and universities is carried out in various learning activities such as curricular, co-curricular, extracurricular and noncurricular activities that are integrated into learning process activities associated with sociocultural and environmental values Agustang & Sahabuddin, 2020. Instilling character Regarding the strengthening of national character through geography learning with Indonesian geopolitics, contextual learning is practiced by raising factual problems as a stimulus for students in understanding the territorial conception of the archipelago, a stimulus in fostering an attitude of concern for the area where they live to increasing concern for the environment widespread, as well as willing and skilled in solving national problems as a form of embodiment of the values of his national character Setiawan, 2017a;2017b. Especially in the era of globalization which is full of changes and paradoxes, the development of national character becomes a necessity and a necessity. ...This study aims to develop the design of geography learning materials containing Indonesian geopolitics as a systemic program to strengthen national character in the Department of Geography Education, Faculty of Social Sciences, State University of Medan. The specific target to be achieved is the production of textbooks on geography learning materials containing Indonesian geopolitics. The research method used is the R&D method by following the Borg & Gall procedure. The research subjects involved lecturers in Political Geography courses; students as subjects for a limited group trial; and five experts for the validation of teaching materials. The instruments used were expert validation questionnaires, learning outcomes tests and observation sheets, which were analyzed using qualitative descriptive analysis to analyze information about various field conditions; quantitative descriptive analysis used to analyze the scores given by the expert; and statistical analysis assisted by STATCAL software. The results showed that the textbooks developed were valid and suitable for learning Political Geography, as well as contributing to the systemic program of strengthening national character in campus life by placing six pillars of character, namely citizenship, justice, honor, responsibility, caring, and being able to trust.... Hasil penelitian yang sama juga dijeslakan oleh penelitian Sofyan dan Sundawa 2015, penelitian menekankan pentingnya pendididkan kewarganegaraan dalam menjaga kesatuan kebangsaan dan nasionalisme mahasiswa. Penelitian oleh Setiawan 2017, secara kuantitatif memberikan penilaian terhadap wawasan kebangsaan dan nasionalisme mahasiswa, yang menyimpulkan bahwa pemahaman mahasiswa terhadap wawasan kebangsaan mempunyai nilai yang sedang dan untuk memperkuat serta menstimulus pemahaman mahasiswa tentang wawasan kebangsaan. Penelitian ini mengusulkan perlunya pembelajaran yang kontekstual terkait materi wawasan kebangsaan dan integrasi. ...Hertanto HertantoArizka WarganegaraHandi MulyaningsihResearches conducted by the Indonesian Institute of Science LIPI and the Indonesian National Counter-Terrorism Agency BNPT have revealed that students in some of the major universities in Indonesia have become potentially radical. This study aims to a find out students' perceptions on social solidarity; b understand the student perceptions on national integration; c analyze the potential of being radical among the students. We conducted a qualitative survey to analyze the student’s perception of radicalism, social integration, and national integration. The study results show that first, the majority of informants have a positive perception toward social solidarity to their fellow citizens in the community who have a different social, cultural, religious, ethnicity and language background. Second, the majority of informants have a very positive perception of national integration. Third, there is no indication of increasing radical behavior among FISIP University of Lampung’s students.... In addition, the archipelago insight can be a view in realizing national resilience. Therefore, the insight of the archipelago is one of the factors in advancing development 8. ...Background Indonesia is one of the multicultural countries in the world. The diversity that exists in Indonesia is reflected in differences in race, ethnicity, culture, and religion. It is not surprising that Indonesia will face the threat of national disintegration due to differences. Therefore, Indonesia needs a concept in fostering diversity to create national resilience. Purpose This study aims to explore how the role of archipelago insights in shaping national geostrategy resilience. Method The method used in this research is literature review. The search for journals was carried out using the google scholar database with the keywords "archipelago insight" and "geostrategy" and "national resilience". Feasibility studies are assessed based on title, abstract, full text, and research methodology. Data analysis using narrative analysis based on research findings. Result insight into the archipelago can be used as a basis in shaping a national geostrategy. The perspective in the concept of archipelago insight by fostering the diversity in Indonesia can create unity and integrity to form national geostrategic resilience. Conclusion The concepts that exist in the archipelago perspective and national geostrategy can foster the diversity that exists in Indonesia. The creation of existing unity and integrity, understanding the perception of seeing differences, is not a threat to realizing national resilience in the Indonesian nation.... Salah satu perangkat pembelajaran tersebut adalah penilaian autentik authentic assessment yang berorientasi pada karakter Damanik & Setiawan, 2016;Setiawan, 2017;Najmina, 2018;Mustika, & Sahudra, 2018;Hariyani, 2018. Untuk mencapai nilai karakter, selain dilakukan secara tidak langsung melalui berbagai aktivitas pembelajaran yang dilakukan, guru diharapkan dapat melakukan penilaian secara langsung atas ketercapaian nilai karakter tertentu pada diri siswa Majid, 2014 ...Deny SetiawanApiek GandamanaNurhairani NurhairaniReh Bungana Beru PACommunity service activities generally aim to develop character in developing the potential of students who have intelligence, personality and noble character. Through this activity to assist teachers in 104202 Bandar Setia Elementary School, Percut Sei District, Deli Serdang District in carrying out character-based authentic assessments. The model applied in the implementation of Community Service is carried out in several stages, namely First, the stage of preparation with activities, a conducting socialization to teachers; b carrying out observations and interviews; c determining the schedule of activities; and d preparing facilities and infrastructure. Second, the implementation phase through, a Focus Group Discussion FGD; b training and education for the preparation of authentic assessment instruments; and c assisting in the application of character-based authentic assessments. Third, the evaluation and reflection phase is an assessment of attitudes, skills and knowledge. Through this activity the teacher has character-based authentic assessment guidelines and the formation of the Teacher Working Group KKGWaal Mukhayun MukriWaspiah WaspiahThe Archipelagic Insight is one of the important things, not only in strengthening the national character but also in positioning various problems in the eyes of nationalism and Indonesianness. This study aims to analyze the role of archipelago insight in solving various national cultural conflicts. The method used in this study is a literature study, in which the author examines various theories and research results related to the archipelago's insight as a means of solving problems of national cultural conflict. This study finds and emphasizes that with the diversity of ethnicity, race, religion, belief and culture in Indonesia, various potential conflicts always arise. The heterogeneous character of the Indonesian nation becomes a conflict related to culture which is very likely to occur. In addition, in this study, the archipelago insight is considered capable of resolving various potential conflicts, including cultural conflicts, whether through the Pancasila philosophy approach, regional, socio-cultural, or historical Iqbal Setianto Fitrotun NiswahCovid-19 atau yang lebih dikenal Corona Virus Disease adalah virus yang menginfeksi system pernafasan yaitu paru-paru. Gejala penyakit ini akan muncul antara 2-14 hari setelah terinfeksi virus. Tanda serta gejala maupun keluhan yang sering dialami pada pasien adalah batuk, demam, sesak nafas, atau bahkan kehilangan indera penciuman. Hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia terjangkit wabah virus ini. Sampai saat ini, masih belum ada obat untuk Covid-19. Motivasi di balik ulasan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman daerah setempat akan pentingnya vaksinasi dimana penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil peneilitian dapat disimpulkan bahwa aspek kognitif tingkat pemahaman masrakat adalah sebesar 71,05% dan indikator yang paling menunjukkan pengaruh tingkat yang tinggi adalah pengetahuan tentang vaksin Covid-19 dimana hal ini menunjukkan tingkat pemahaman akan pentingnya vaksin sudahlah baik di masyarakat kelurahan Sidoklumpuk . Dari aspek afektif didapat hasil prosentase tingkat pemahaman sebesar 76% dan indikator yang memiliki pengaruh tinggi adalah kesadaran bahwa vaksinasi dapat mengurangi tingkat keparahan terhadap orang yang terpapar covid-19 dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemahaman akan pentingnya vaksin untuk mengurangi masyarakat yang terpapar di lingkungan kelurahan Sidoklumpuk sudah sangatlah baik, dan aspek konatif mendapatkan hasil sebesar 73,53% dan indikator yang memiliki pengaruh yang tinggi adalah sikap nyata berpatisipasi dalam program vaksinasi Covid-19 dimana hasil tersebut menunjukkan aksi nyata masyarakat Sidoklumpuk dalam mengikuti program vaksinasi sudah sangatlah baik. Kata Kunci Pemahaman masyarakat, covid-19, vaksinasi Aurellia Margaretha PramestyaraniNegara Kesatuan Republik Indonesia kaya akan sumber daya alam, suku, bahasa, adat istiadat, serta sejarah. Kekayaan dan keanekaragaman tersebut menjadi identitas nasional Indonesia yang harus dijaga keutuhannya agar bangsa Indonesia tetap eksis bahkan semakin eksis di mata dunia. Untuk menjaga eksistensi bangsa Indonesia diperlukan pemahaman akan Wawasan Nusantara Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki berbagai keanekaragaman suku, ras, bahasa, agama, serta adat istiadat. Banyaknya keberagaman yang ada harus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan. Warga Negara Indonesia juga harus menjaga persatuan dan kesatuannya untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan keberagaman suku, ras, bahasa, agama, dan adat istiadat maka diperlukan pemahaman akan Wawasan Nusantara. Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa terhadap diri dan lingkungannya dengan tujuan menjaga kesatuan dan persatuan, serta keutuhan bangsa Indonesia. Dengan adanya pemahaman akan Wawasan Nusantara, bangsa Indonesia akan menjadi kuat dan semakin diakui oleh dunia, serta mampu menghadapi ancaman dari luar. Maka dari itu, penting bagi masyarakatnya untuk memahami Wawasan Nusantara, terutama bagi SupranotoTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh contextual teaching and learning CTL teknik praktek jual beli terhadap kemampuan memahami akuntansi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian True Experimental Design, bentuk Pretest-control Group Design. yang dilakukan pada mahasiswa semester genap, mata kuliah Telaah Ekonomi SMA pada materi akuntansi, pembahasan Jurnal Khusus Perusahaan Dagang UM Metro. Analisis data menunjukkan rataan skor postes kemampuan memahami akuntansi mahasiswa untuk kelas eksperimen sebesar 71,80 dan kelas kontrol sebesar 66,26. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai Sig. 2-tailed yaitu 0,007 lebih kecil dari nilai α = 0,05, sehingga H0 ditolak. Hasil ini berarti kedua kelas memiliki kemampuan memahami akuntansi yang berbeda secara signifikan. Kemampuan memahami akuntansi mahasiswa yang mendapat pembelajaran pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL lebih tinggi dari pada mahasiswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL terhadap memahami akuntansi L. EdwardsThis book is intended to assist those who wish to develop their own attitudes scales. After introducing the topic of attitude measurement, the method of paired comparisons is discussed together with the associated significance tests. In succeeding chapters, the methods of equal-appearing intervals, successive intervals, summated ratings, and scalogram analysis are described. A method for selecting an initial set of statements to meet the requirements of a Guttman scale, the scale-discrimination technique, and the H- and W-techniques for improving the scalability of a set of statements are considered in the final two chapters. Suggested readings, questions and problems are given at the end of each chapter. PsycINFO Database Record c 2012 APA, all rights reservedProsedur Penelitian Suatu Pendekatan PraktekS ArikuntoArikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Bina Effect of A Contextual Approach to Chemistry Instruction on Students' Attitudes, Confidence, and Achievement in ScienceA H BristBrist, 2012. The Effect of A Contextual Approach to Chemistry Instruction on Students' Attitudes, Confidence, and Achievement in Science. Montana Montana State Ways to Enhance Values and Morality in Schools and Youth SettingsH KirschenbaumKirschenbaum, H. 1995. 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. Massachusetts Allys & untuk Mahasiswa. Jakarta Dirjen Dikti Depdikbud dan PTLamhanasLamhanas. 1994. Kewiraan untuk Mahasiswa. Jakarta Dirjen Dikti Depdikbud dan PT. Gramedia Pustaka LickonaLickona, T. 1991. Educating for Character. New York Bantam Manusia Perubahan Serta PengukuranyaMarMar'at. 1984. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukuranya. Jakarta Ghalia Penelitian. Jakarta Kencana. NurosisJ NoorNoor, J. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta Kencana. Nurosis, 1986. SPSS/PC+ FOR IMBPC/XT/AT/. Chicago. Budaya dan Karakter BangsaPuskurPUSKUR. 2010. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta PUSKUR.
Untukmenghadapi berbagai ancaman dan tantangan globalisasi, diperlukan wawasan kebangsaan dalam memperkuat semangat nasionalisme melalui pendidikan Bela Negara. Beberapa bentuk pendidikan Bela Negara di dalam kampus adalah melalui Resimen Mahasiswa, Pramuka, Pecinta Alam, dll untuk membiasakan diri belajar disiplin, kerjasama, dan tanggung
Martabatsebuah bangsa memerlukan prinsip kuat terutama yang tercakup dalam wawasan nusantara agar tiap-tiap warga memiliki pengetahuan mendasar dan memiliki kesadaran terhadap kedaulatan bangsanya. Angka 17.000 adalah angka yang sangat besar, bentuk nyata dari geografis Indonesia yang pada pulau-pulau besar dan kecil di tinggali oleh warga kita.
p>Adanya sikap toleransi yang tinggi terhadap berbagai bentuk perbedaan Adanya kesamaan kepentingan dalam pemerintahan Adanya pemahaman yang kuat akan pentingnya persatuan dan kesatuan Pemahaman tinggi terhadap wawasan nusantara dapat menghasilkan sikap . answer choices . Kesadaran bela negara.
Pemahamantinggi terhadap Wawasan Nusantara dapat menghasilkan sikap Pemahaman tinggi terhadap Wawasan Nusantara dapat menghasilkan sikap Persatuan dan Kesatuan. Hal ini sesuai dengan tujuan wawasan nusantara yakni mewujudkan persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan Pembahasan Wawasan Nusantara atau geopolitik merupakan cara bangsa Indonesia memandang dirinya sendiri dalam aspek geografis NZ0ZAKY.
  • ya2hsm96ko.pages.dev/286
  • ya2hsm96ko.pages.dev/8
  • ya2hsm96ko.pages.dev/14
  • ya2hsm96ko.pages.dev/289
  • ya2hsm96ko.pages.dev/125
  • ya2hsm96ko.pages.dev/453
  • ya2hsm96ko.pages.dev/238
  • ya2hsm96ko.pages.dev/336
  • pemahaman tinggi terhadap wawasan nusantara dapat menghasilkan sikap